Dikisahkan oleh al-Fadhil al-Ustadz Ahmad Hasan Saifouridzal (pimpinan Majelis Rasulullah Singapura) dalam sambutannya semalam di Majelis Haul al-Habib Munzir al-Musawa, Masjid Jami' al-Munawwar, Pancoran, Jakarta Selatan.
Bahwa, shohibul haul al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa memiliki “Irtibath” (hubungan) yang kuat dengan gurunya, al-Hafidz al-Musnid al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
Saya teringat akan suatu kisah yang saya sendiri mengalaminya tatkala berada di Darul Musthofa (Yaman), ketika itu datanglah almarhum almaghfurlah al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa kepada gurunya, kemudian pada malam hari itu juga ikut pergi berziarah bersama guru beliau (al-Habib Umar bin Hafidz) ke makam Sayyidunal Muhajir ilalloh Ahmad ibn ‘Isa.
Selepas dari berziarah, almarhum menitipkan tasnya kepada saya, kemudian beliau pergi mendekati gurunya.
Saat saya memegang tas tersebut, saya lihat isinya adalah obat asma dengan kadar komposisi yang tinggi, sedangkan saya sendiri juga memiliki asma tetapi hanya menggunakan Ventoline yang biasa.
Akhirnya saya dipanggil oleh al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz yang kemudian berkata, “ijlis ma’a waladiy, roqibu saa’iduh isy lituriid jib” (duduk bersama anakku! Temani dia, apa yang diperlukan olehnya, berikan)
“Labbaik yaa Sayyidi” (Baik Tuanku), Jawab Ust Hasan Syaifouridzal
Maka diletakkan sayyidil Habib Munzir di suatu rumah berdekatan dengan Darul Musthofa, rumahnya al-Habib Husein al-Athos shohibu Jiddah, sehingga pada suatu malam saya memerhatikan habib Munzir dalam (kondisi tidur) memegang “subhah” (tasbih), (begitu) panjang tasbihnya, saya sempat membaca sholawat dengan memegang tasbih beliau, saya hitung panjangnya 1000.
Dari tadi Habib Munzir memegang tasbih ini tidak berhenti dan begitu cepat, terkadang saya mendengarkan ucapan keluar daripada lidah beliau, “yaa sayyidi.. yaa sayyidii.. yaa sayyidi..”, “Yaa habiib.. yaa habiib.. yaa Muhammad.. yaa Muhammad..”
Kalau sudah rindu dengan guru besar beliau, al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, beliau akan memegang tasbih dan membaca, “Yaa Abu Salim.. Yaa Abu Salim.. Yaa Abu Salim..”
Pernah suatu malam, tatkala beliau sedang tidur, dan saya tidur persis disamping beliau, tepat jam dua malam beliau membangunkan saya, “bib, bangun bib..!”
Saya lantas bangun, “Marhaba bib”
Tanya habib Munzir, “Antum bisa siap-siap bib? ”
“Mau siap-siap kemana bib?” Tanya saya.
“Udah, sekarang wudhu, pakai baju yang bagus, pakai imamah, pakai bukhur, cepat! cepat! cepat!” Demikian perintah Habib Munzir.
Langsung saya bergegas, masuk ke hamam membersihkan badan dan keluar, pakai imamah, pakai jubah, pakai bakar bukhur. Sedang (pada saat itu) Habib Munzir sudah duduk dengan imamahnya, dengan sorbannya, dengan pakaiannya, dan memegang subhah.
Saat saya hendak mendatangi Habib Munzir, beliau memerintahkan, “Buka pintu sekarang bib, buka, buka!”
Lantas saya buka pintu tersebut, alangkah terkejutnya saya melihat sosok tubuh Guru Mulia al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz ada di depan pintu rumah. Kemudian Guru Mulia bertanya, ”Ayna Mundzir?” (dimana Mundzir?)
Maka bangunlah Habib Munzir dan berlutut dihadapan gurunya. Beliau tidak berkata sepatah kata pun, hanya melihat wajah gurunya, dan habib Umar hanya melihat mata habib Munzir, sehingga saling pandang mata.
Dalam tempo beberapa detik, al-Habib Umar beranjak pergi. Setelah pintu ditutup kembali, Habib Munzir masuk ke dalam kamar. Tatkala saya masuk ke kamar, saya melihat beliau sudah melepas imamahnya, bajunya, dan beliau sudah dalam keadaan berbaring.
Kemudian beliau memandangi saya seraya berkata, “habibiy, sudah tidur sana. Selesai sudah”
Saya bingung, selesai apa ini? Sampai saya tak bisa tidur hingga menjelang waktu shubuh.
Selesai sholat shubuh di Darul Musthofa dengan adzkar, dengan wirid, dan hizib al-Quran. Beliau (Habib Munzir) menatap lagi wajah guru mulia al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dengan senyuman.
Setelah itu beliau memanggil saya, “bib Ayo kita pulang”
Hati saya masih tidak enak, apa ini Ya Alloh? Kita sendiri yang duduk di Darul Musthofa tidak pernah lihat seperti ini, laa hawla wa laa quwwata illa billaah.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya, “maaf bib mau tanya, tadi malam kenapa bib? Dan tadi pagi kenapa?”
Beliau dengan senyuman yang indah menjelaskan, “Habibiy, ingat pesan ana ini, Guru Mulia kita ini bukanlah guru sembarangan, al-habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz ini bukan habib sembarangan, maqomnya tinggi, kalau didzhohirkan oleh Alloh maqomnya, maka mati orang ini semua.”
Kemudian beliau melanjutkan, “Ingat bib, antum kalau sudah pulang ke Singapur, harus punya irtibath yang kuat, irtibath qowiy bathiniyah dengan guru. Dan ingat! Maulid Dhiyaullaami’ ini pegang, ana dengar sendiri habib Umar pernah menjelaskan – ma allaftu Dhiyaullami’ illa bi amr nabiyyis Syaafi’ – Tidak ku karang Dhiyaullami’ ini kecuali dengan perintah Nabi yang membawa Syafa’at sayyidina Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam”
wAllohu a'lam bishshowaab.
=====================================
Dijelaskan oleh para ‘Arifiin, "inda dzikro sholihin tanzilu rohmah" (dengan mengingat / mengenang para sholihin, maka akan turun rahmat).
Maka dengan peringatan haul Habibana Munzir ini, kita mengarapkan rahmat Allohu Subhanahu Wa Ta’ala berupa keampunan-Nya, serta syafa'at baginda Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wasallam.
يَا رَ بِّ وَ اجْمَعْنَا وَ أَحْبَابًا لَنَا
فِي دَ ارِكَ الْفِرْ دَ وْسِ يَا رَ جْوَ انَا
"Yaa Robbiy wajma'naa wa ahbaabanlanaa fii daarikal Firdausi Yaa Rojwaanaa"
(Wahai Alloh Tuhan kami, kumpulkanlah kami bersama kekasih-kekasih kami di surga Firdaus-Mu, Wahai yang hanya kepada-Nya harapan kami)
Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.
=====================================
Disarikan oleh Ahmad Ulul Azmi melalui kalam al-Fadhil al-Ustadz Ahmad Hasan Saifouridzal |
Senin, 09 Agustus 2016